This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 10 Desember 2015

SEJARAH KEPEMIMPINAN

SEJARAH KEPEMIMPINAN 

Leadership”








Disusun oleh

Andri Alamsyah          (13311096)
Manajemen B Pagi





FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2015-2016



SEJARAH ILMU KEPEMIMPINAN


Kepemimpinan merupakan hasil dari organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika dari interaksi sosial. Selama bebebarapa dekade, kepemimpinan telah dipelajari secara ekstensif dalam berbagai konteks dan dasar teoritis. Dalam beberapa kasus, kepemimpinan telah digambarkan sebagai sebuah proses, namun sebagian besar teori dan penelitian tentang melihat kepemimpinan pada seseorang untuk mendapatkan pemahaman (Bernard, 1926, Blake, Shepard dan Mouton, 1964; Drath dan Palus, 1994; Fiedler, 1967; dan Rumah dan Mitchell, 1974). Jika dilihat dalam perspektif sejarah kepemimpinan dari sudut pandang seni, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah seni yang usianya setua usia manusia di bumi, yang telah dipraktekkan dalam sepanjang sejarah manusia. Sejarah teori kepemimpinan dan penelitian. Dalam sebuah tinjauan komprehensif teori kepemimpinan (Stogdill, 1974), beberapa kategori yang berbeda telah diidentifikasi yang menangkap esensi studi kepemimpinan dalam abad kedua puluh. Kecenderungan pertama berurusan dengan atribut pemimpin besar.

Kepemimpinan dijelaskan oleh kualitas internal dengan mana seseorang dilahirkan (Bernard, 1926). Pikiran adalah bahwa jika ciri-ciri bahwa pemimpin dibedakan dari pengikut bisa diidentifikasi, pemimpin yang sukses bisa segera dinilai dan dimasukkan ke dalam posisi kepemimpinan. Kepribadian, fisik, dan karakteristik mental diperiksa. Penelitian ini didasarkan pada gagasan bahwa pemimpin dilahirkan, tidak dibuat, dan merupakan kunci keberhasilan itu hanya dalam mengidentifikasi orang-orang yang dilahirkan untuk menjadi pemimpin besar. Meskipun banyak penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi sifat, tidak ada jawaban yang jelas ditemukan berkaitan dengan apa sifat-sifat konsisten dikaitkan dengan kepemimpinan yang besar. Satu cacat dengan garis pemikiran ini dalam mengabaikan faktor situasional dan lingkungan yang berperan dalam tingkat pemimpin efektivitas. Kebenaran tentang kepemimpinan yang telah dipraktekkan dalam sepanjang sejarah ini ditegaskan oleh Bernard M. Bass yang mengatakan, “The study of leadership is an ancient art. Discussion of the subject will be found in Plato, Caesar, and Plutarch, just to mention a few of classical era. The Chinese classics are filled with hortatory advice to the county’s leaders. The ancient Egyptians attributed three qualities of divinity to their king. They said of him ‘authoritative utterness is in thy mouth, perception is in thy heart, and thy tongue is the shrine of justice.’ The Egyptians demanded of their leader qualities of authority, discrimination, and just behavior. Dari penjelasan Bass di atas dapat dikatakan bahwa berdasarkan fakta, seni kepemimpinan itu telah ada serta diterapkan secara umum, karena kepemimpinan itu adalah seni yang bersifat universal.

Sebagai seni, kepemimpinan telah dipraktekkan oleh penguasa-penguasa dunia zaman kuno seperti pada kerajaan Mesopotamia, Persia, Mesir klasik di Timur Tengah; penguasa India,Tiongkok dan Jepang klasik di Timur, dan penguasa Indian Inka di Amerika Latin, penguasa zaman tengah Babylon (Mesopotamia), Persia, Yunani dan Romawi, penguasa zaman masehi, di Eropa termasuk negara-negara baru seperti Perancis dan Jerman, Ingris, dan sebagainya sampai kepada penguasa dari kerajaan-kerajaan tua di Timur Jauh, serta kelompok masyarakat-budaya lain yang tidak dapat disebutkan satu  persatu. Dalam kaitan ini, dapat dikatakan pula bahwa sebagai seni, kepemimpinan pun telah dipraktekkan oleh  tokoh-tokoh dunia yang  besar dan terkenal yang berkiprah dalam segala bidang kehidupan, mulai dari Hammurabi, raja Babylon yang sezaman dengan Abraham (Kejadian 14), para Firaun Mesir,, sampai ahli seni perang klasik Sun Tzu dan filsuf Lao Tzu di Tiongkok, serta filsuf klasik Yunani seperti Plato, Aristoteles dan Socrates, Sidharta Gautama, termasuk Kaisar-kaisar Romawi terkenal, seperti raja Perancis Charlemagne, para raja dalam dinasti-dinasti klasik Tiongkok, Inggris, dan Jenghiz Khan, raja Mongol, penulis dan negarawan Italia, Niccolo Di Benardo Macchiavelli, reformator Protestan Mathin Luther, dramator Inggris, William Shakespeare, ahli pedang Jepang Miyamoto Musashi, Patih Gajamada, penguasa kolonial Belanda, pelukis Raden Saleh, dan Soekarno, Presiden RI pertama, serta banyak lagi. Para tokoh besar yang disinggung di atas ini telah membuktikan diri sebagai manusia-manusia luar biasa yang menerapkan seni kepemimpinan dalam karir mereka, namun, karya-karya besar mereka yang gemilang tidak dapat diklasifikasikan secara penuh sebagai karya dasar bagi ilmu kepemimpinan.

Pernyataan di atas cukup menarik untuk disimak, dalam upaya menempatkan kepemimpinan sebagai suatu ilmu pada jalur sejarah yang pas. Untuk menempatkan kepemimpinan pada jalur ilmu, maka langkah awal yang perlu dipastikan adalah lingkup dari kepemimpinan. Sebagai suatu ilmu, bidang studi kepemimpinan memiliki tiga lingkup utama, yaitu: Pertama, elemen dasar kepemimpinan yang meliputi pemimpin, orang yang dipimpin dan situasi kepemimpinan. Kedua, doktrin dasar kepemimpinan yang meliputi perlengkapan dasar kepemimpinan (perilaku pemimpin serta sumber-sumber) dan nilai dasar kepemimpinan (nilai yang bersifat teologis dan filosofis). Ketiga, pekerjaan atau tugas dasar kepemimpinan(yang meliputi: esensi, sifat, unsur ekonomi dan lokasi kepemimpinan). Dalam kaitan dengan menempatkan kepemimpinan dalam jalur ilmu yang disoroti dari lingkup bidang studi kepemimpinan seperti yang disinggung di atas, maka tugas kedua ialah mengukur karya tulis para tokoh sejarah tentang kepemimpinan.

 Mengukur karya tulis para pakar dan pemimpin sepanjang sejarah dari perspektif ini, dapat dikatakan bahwa kebanyakan karya tulis mengetengahkan pemahaman tentang kepemimpinan secara terbatas dengan menyinggung trait atau karakteristik-karakteristik serta kecakapan dan nilai-nilai kepemimpinan saja. Satu-satunya tokoh sejarah yang menuliskan tentang pemimpin sebagai elemen dasar utama dari kepemimpinan melalui karya tulisnya, ialah Thomas Carlyle. Tulisan Carlyle yang berjudul “On Hero and Hero Worship” dapat dianggap sebagai karya terbesar buku ilmiah kepemimpinan yang pertama. Buku ini memberikan tempat yang luas bagi aspek-aspek dan unsur-unsur kepemimpinan yang lengkap, yang membuktikan bahwa karya Karlyle ini adalah tonggak sejarah bagi perkembangan ilmu kepemimpinan.




PERJALANAN ILMU KEPEMIMPINAN MELINTASI SEJARAH.

Dalam sejarah di dunia Barat, diakui bahwa istilah leader atau pemimpin itu telah ada dalam kamus berbahasa Inggris sejak tahun 1300, tetapi penggunaan istilah kepemimpinan itu baru saja ada pada pertengahan abad ke sembilanbelas. Dalam studi Timur klasik pun sudah ditemukan adanya upaya penerapan seni kepemimpinan dalam peran pemimpin serta upaya perkembangan pemimpin. Namun dapat dilihat adanya indikasi kecenderungan yang sama yaitu belum adanya konsep baku tentang kepemimpinan yang dikembangkan serta diterapkan secara ilmiah. Implikasi di atas ini cukup menarik untuk disimak sebagai dasar untuk mengidentifikasi perkembangan sejarah kepemimpinan sebagai suatu ilmu. Upaya mengidentifikasi perkembangan ilmu kepemimpinan telah dilakukan oleh, Profesor Dr.J.Robert Clinton dari Fuller Theological Seminary, School of Inter-cultural Studies. Dalam hasil risetnya, Profesor Clinton mengidentifikasi perkembangan ilmu kepemimpiman dengan membuat klasifikasinya kedalam beberapa era perkembangan. Klasifikasi perkembangan ilmu kepemimpinan dimaksud adalah sebagai berikut ini.
1.      Great Man Era, yang meliputi tahun 1841-1904.
2.      Trait Era, yang meliputi tahun 1904-1948.
3.      Behavior Era, yang meliputi tahun 1948-1967.
4.      Contingency Era, yang meliputi tahun 1967-1980.
5.      Complexity Era, yang meliputi tahun 1980-1986, dst.

Mengomentari klasifikasi Clinton ini, dapat dikatakan bahwa alasan utama untuk membuat penggolongan perkembangan ilmu kepemimpinan seperti di atas ini dilakukan dengan menunjuk kepada trend penelitian dan hasilnya yang dapat ditemukan dalam literatur-literatur kepemimpinan yang dihasilkan oleh para pakar pada masing-masing era di atas.

    Great Man Era menunjuk kepada inti teori yang menegaskan bahwa pemimpin terlahir sebagai pemimpin dengan bawaan lahir serta faktor keluarga dan lingkungan yang mendukungnya. Teori kepemimpinan pada Trait Era menunjuk kepada faktor karakteristik, yang menjelaskan bahwa pemimpin memiliki karakteristik khas, yang merupakan bawaan lahir serta kepribadiannya. Teori kepeimpinan pada Behavior Era menunjuk kepada kesadaran tentang adanya interaksi pengaruh antara pemimpin, bawahan dan situasi. Faktor interaksi ini sangat ditentukan oleh pengaruh serta perilaku pemimpin dalam kepemimpinan. Teori kepemimpinan dalam Contingancy Era mengakui adanya pengaruh yang kontingen antara faktor kelahiran atau keluarga, lingkungan pembesaran, karakteristik serta faktor pengaruh interaktif lainnya yang mempengaruhi pemimpin dan kepemimpinan. Teori kepemimpinan pada Complexity Era mengakui pengaruh dari semua faktor yang disinggung di atas, dengan kesadaran bahwa kepemipinan dapat dipelajari. Complexity Era menyadari dan mengakui adanya perkembangan ilmu kepemimpinan yang terjadi dengan begitu pesat terbukti mempengaruhi segala bidang hidup. Perkembangan dan pengaruh ini nampak dalam indikator fenomenal pada masa kini, dimana pemimpin dan kepemimpinan tidak sekedar diedintifikasi dengan sebutan tradisional seperti kepemimpinan atau pemimpin visioner, kharismatik, reformatif, transformatif, futuristik, dan sebagainya, tetapi juga disebut dengan kepemimpinan serta pemimpin pos-mo, informatif, global, dan seterusnya, yang dipengaruhi berbagai faktor yang kompleks.

Konsep Teori Kepemimpinan Klasik

1.      Teori sifat
       Jadi, teori sifat merupakan teori kepemimpinan yang mengidentifikasi sifat atau karakteristik yang membedakan antara pemimpin dan non pemimpin. Memahami sifat pemimpin, yaitu karakteristik seperti fisik, penampilan, golongan social, stabilitas emosi, kelancaran berbicara, dan kemampuan bersosial.

Teori sifat memiliki pandangan bahwa pemimpin berasal dari seseorang yang membawa bakat kepemimpinan sejak dilahirkan, bukan dididik atau dilatih, sehingga dapat muncul pemimpin yang efektif meskipun tanpa mempelajari tentang kepemimpinan. Dalam artian, dengan memiliki sifat yang tepat, maka kemungkinan besar seorang individu dapat menjadi seoarang pemimpin yang efektif.

Teori ini dirobohkan oleh pandangan bahwa sifat itu tidak membantu dalam mengidentifikasi pemimpin yang efektif karena penjelasan yang hanya berdasarkan sifat mengesampingkan interaksi antara pemimpin dengan anggota kelompoknya yang juga merupakan faktor situasional.

Selanjutnya dijelaskan lebih lanjut oleh teori berikutnya yang memiliki pandangan tentang keunikan yang dilakukan oleh pemimpin efektif dalam perilaku pemimpin.

2.      Teori perilaku

Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Jadi, teori perilaku merupakan teori kepemimpinan yang mengidentifikasi perilaku yang membedakan antara pemimpin efektif dan pemimpin tidak efektif.

NO
Peneliti
Dimensi Perilaku
Kesimpulan
1.
Universitas Lowa
1.      Gaya demokratis
Melibatkan karyawan, mendelegasikan kewenangan, dan mendorong partisipasi
2.      Gaya autokrasi
Mendikte metode kerja, membuat keputusan sepihak, dan membatasi partisipasi
3.      Gaya laissez-faire
Memberikan kebebasan kepada kelompok untuk membuat keputusan dan menyelesaikan tugas
Gaya demokrasi
2.
Universitas Michigan
1.      Orientasi pada karyawan
Menekankan pada hubungan interpersonal dan memenuhi kebutuhan karyawan

2.      Orientasi pada produksi
Menekankan pada aspek tugas dan teknis kerja
Pemimpin yang berorientasi pada karyawan diasosiasikan dengan produktivitas kelompok dan kepuasan kerja yang tinggi.
3.
Negara Bagian Ohio
1.      Konsiderasi
Memperhatikan ide dan perasaan anggota grup
2.      Inisiasi struktur
Membuat struktur kerja dan hubungan kerja demi mencapai tujuan
High leader (memiliki konsiderasi dan inisiasi struktur yang tinggi) dapat mencapai kinerja dan kepuasan karyawan yang tinggi, namun tidak dalam semua situasi
4.
Grid Manajerial
1.      Perhatian terhadap orang
2.      Perhatian terhadap produksi
Pemimpin menghasilkan prestasi kerja terbaik dengan gaya 9,9 (perhatian tinggi terhadap produksi dan orang).

Sumber: (Robbins dan Coulter, 2010:149)
Sumber: (Robbins dan Coulter, 2010:151)
3.      Teori kontingensi
Teori-teori kontingensi berasumsi bahwa berbagai pola perilaku pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan. Masing-masing dari teori ini mendefinisikan gaya kepemimpinan dan situasi, berarti jika ini adalah konteks atau situasinya, maka ini adalah gaya kepemimpinan terbaik untuk digunakan.

·         Model fiedler
Teori kepemimpinan yang menjelaskan bahwa kinerja kelompok yang efektif tergantung pada kesesuaian antara gaya kepemimpinan dan banyaknya kendali serta pengawasan terhadap situasi itu. Teori ini mendefinisikan gaya terbaik yang dapat digunakan dalam situasi tertentu

·         Teori Hersey dan Blanchard
Teori kontingensi yang focus terhadap kesiapan pengikutnya, tingkat di mana orang memiliki kemampuan dan kemauan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Treori ini mencakup empat gaya kepemimpinan telling (pekerjaan tinggi-relasi rendah), selling (pekerjaan tinggi-relasi tinggi), participating (pekerjaan rendah-relasi tinggi), delegating (pekerjaan rendah-relasi rendah).

·         Teori jalur-tujuan (path-goal theory)
Teori kepemimpinan yang menyatakan bahwa tugas pemimpin adalah membantu pengikutnya mencapai tujuan dan mengarahkan atau memberikan dukungan sesuai kebutuhan untuk memastikan bahwa tujuan individu sejalan dengan tujuan kelompok.




Konsep Teori Kepemimpinan Modern

Pada umumnya para penganut teori modern perubahan sosial melihat perubahan sosial pad negara-negara berkembang berjalan secara linear (bergerak dari tradisionil ke modernisasi) dan evolusioner (bergerak lambat). Di lain pihak ada pandangan penganut.
1.      Teori kepemimpinan tranformasional
Pemimpin yang menstimulasi dan menginspirasi anggota kelompok untuk mencapai hasil yang luar biasa.
2.      
     Teori kepemimpinan kharismatik-visioner
Pemimpin kharismatik adalah pemimpin yang antusias dan percaya diri, yang kepribadian dan tindakannya dapt mempengaruhi orang lain untuk berperilaku dengan cara tertentu.
Pemimpin visioner menggunakan kemampuannya untuk menciptakan dan mengartikulasi sebuah visi masa depan yang realistis, dapat dipercaya, dan menariksehingga dapat memperbaiki situasi saat ini.

3.       Teori kepemimpinan tim
Tugas pemimpin tim adalah dengan dua focus, yaitu mengatur batasan-batasan eksternal tim dan memfasilitasi proses tim.


Perbedaan Konsep Teori Kepemimpinan Klasik dan Modern

Tabel perbedaan konsep teori kepemimpinan klasik dan modern:
NO
Perbedaan Teori Kepemimpinan
Teori klasik
Teori modern
Lebih mengutamakan keteraturan.
Lebih fleksibel.
Cenderung menetapkan gaya kepemimpinan yang efektif dan tidak efektif
Cenderung menggambarkan konsep kepemimpinan untuk memotivasi dan menjadi inspirasi bagi anggota kelompok agar menjadi luar biasa dalam pencapaian tujuan kelompok.
Mengutamakan hal yang mendasar seperti aspek sifat, perilaku, dan situasi
Mengembangkan aspek mendasar dengan memperhatikan kepentingan dan perkembangan kebutuhan anggota kelompok.




SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KEPEMIMPINAN DI INDONESIA.

Dalam analisa yang bersifat umum, sejarah kepemimpinan di Indonesia dapat dikategorikan dengan memperhatikan beberapa fase perkembangan berikut;

Fase Pertama, Masa Kolonial Belanda sampai 1953, yang dapat disebut fase mandor atau fase klerek. Masa ini adalah sebagai “masa primadona administrasi” (administratie), dimana administrasi memegang peran penting. Dalam kaitan ini, penguasa kolonial Belanda yang cenderung otokratis menempatkan para pemimpin inlander hanya pada level mandor, klerek, kopral atau sersan dan sebagainya yang menjelaskan bahwa para pemimpin ini hanya sampai pada aras operasional. Pemimpin aras operasional ini ini hanya berperan sebagai “middle administrator” atau “supervisor kerja” saja bukanlah manajer atau top leader, karena top leader hanyalah kelompok kolonial yang diyakini oleh mereka bahwa mereka lahir untuk memimpin.

Fase Kedua, tahun 1953 sampai dengan 1970-1980. Dalam fase ini dapat disebut sebagai fase perkembangan administrasi dan manajemen. Pada era ini ilmu administrasi sangat populer di Indonesia, yang ditandai dengan adanya akademi-akademi administrasi dan kesekretariatan. Dalam bidang pemerintatahan, Lembaga Administrasi Negara (LAN)  memegang peran utama untuk mengembangkan pemimpin untuk bidang pemerintahan. Masa ini ditandai pula dengan munculnya ilmu manajemen di Indonesia, mulai dengan manajemen klasik, manajemen berdasarkan sasaran, manajemen performansi tinggi, manajemen perencaraan strategis, sampai dengan manajemen total kualitas. Pada tataran ini para pemimpin Indonesia (setidak-tidaknya segelintir kelompok elit) telah mahir menggunakan ilmu menajemen dimana mereka berperan besar sebagai para entrepreneur (wirausahawan/wati) walau pun dalam jumlah yang terbatas. Ilmu manajemen ini telah diterapkan dalam bidang militer, pemerintahan, perbankan, bisnis, politik, pendidikan, dan sebagainya yang dilakukan secara khas pula yang menandakan dipraktekkannya penggunaan majemen secara umum.

Fase Ketiga, tahun 1980-2000 sampai saat ini, yang dapat disebut sebagai fase kepemimpinan baru atau fase kepemimpinan global. Fase ini diawali dengan adanya upaya mengembangkan ilmu yang disebut Manajemen Sumberdaya Manusia (Human Resources Management yang dibedakan dengan Personnel Management pada era sebelumnya). Pada sisi lain, secara umum terlihat bahwa bidang studi kepemimpinan mulai marak berkembang dalam masyarakat Indonesia, yang tersebar dari bidang umum sampai pada bidang-bidang khusus, seperti keagamaan (termasuk pendidikan teologi), perusahan swasta, pendidikan umum, dan sebagainya. Perkembangan selanjutnya terlihat pada adanya pendidikan serta pelatihan kepemimpinan (formil, non-formil dan informil) yang marak dalam segala bidang kerja.Dan lagi, kenyataan menunjuk kepada pemunculan begitu banyak pemimpin baru dalam segala bidang kehidupan yang menandakan bahwa Indonesia sedang berada dalam era baru, era global, dengan persaingan kepemimpinan yang cukup ketat yang terjadi pada semua aras di tengah percaturan masyarakat yang super kompleks.











KESIMPULAN

Menunju titik balik dari uraian yang telah dijelaskan di atas, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan dan  ilmu kepemimpinan mulai memperoleh tempat serta perhatian luas dalam masyarakat dan organisai, khususnya di negara Indonesia.  Perkembangan ilmu kepemimpinan ini terlihat dari adanya upaya penerapannya, baik dalam bidang pendidikan kepemimpinan maupun dalam lingkup umum lainnya. Denagan menganalisis semua ini, dapatlah diambil suatu kesimpulan  pikiran bahwa sejarah kepemimpinan secara umum dan khususnya di Indonesia sedang memasuki suatu era baru dengan kemajemukan serta kompleksitas yang semakin meluas dan meninggi dalam dunia yang mengglobal, yang turut menyodorkan peluang dan tantangan untuk maju. Karena itu, adalah bijak untuk memperhitungkan pengembangan kepemimpinan dan penerapannya dalam kinerja secara saintifik dan bertanggung jawab, guna menjawab tantangan serta mengisi peluang yang terbuka di masa yang akan datang.












PENDAPAT DAN SARAN

            Pendapat saya tentang sejarah kepemimpinan ini ialah seiring berkembangnya zaman teori-teori kepemimpinan yang tercipta semakin berkembang, namun dalam setiap teori dari teori klasik maupun teori modern mempunyai kelemahan masing-masing. Dan pada era ini kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi, karena nilai dari sebuah organisasi bisaa di lihat dari keberhasilan seorang pemimpin.
            Saran saya gaya kepemimpinan yang baik dapat ditentukan dari situasi dan kondisi kematangan para followernya, semakin matang followernya maka tugas seorang pemimpin akan semakin mudah, karena followernya akan lebih mengerti apa yag harus di lakukan dan memegang tanggung jawab masing-masing tugasnya.
            Walaupun mempunyai risiko ketika follower matang seperti biaya pemberdayaan yang besar serta gaji yang semakin tinggi, namun hasil kerja serta keakuratan waktu sangat baik.











Daftar Pustaka

Robbins, Stephen P, dan Mary Coulter. 2010. Manajemen ed.kesepuluh jilid 2. Jakarta: Erlangga

Jurnal SETIA dari PERSETIA (Persekutuan Antar Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia), oleh Pdt. Dr. Yakob Tomatala.

Nurhayati, Nafizhatun. Tanpa tahun. Teori Kepemimpinan, (online), (kk.mercubuana.ac.id/…/31052-25-4662136, diakses 20 Februari 2012).

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/kepemimpinan.pdf


https://dirkameiokprina.wordpress.com/teori-yang-mendukung-mp/
Share:

Buudaya Organisasi Dalam Kepemimpinan (Leadership)

Buudaya Organisasi Dalam Kepemimpinan(Leadership)







Nama   : Andri Alamsyah        (13311096)
Manajemen B Pagi




Fakultas Ekonomi
Prodi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Gresik
2015-2016



Pengertian Budaya Organisasi


Pemaknaan budaya organisasional demikian luas dalam berbagai setting sehingga istilah budaya dalam suatu perusahaan atau organisasi pernah menjadi suatu “fashion” baik di kalangan manajer, konsultan dan bahkan juga di kalangan akademisi. Namun demikian dalam perkembangannya, budaya organisasional mendapat “tempat” penting dalam khasanah akademis, khususnya teori organisasi seperti halnya struktur, strategi dan pengendalian. Dalam terminologi akademis, “Budaya organisasional” merupakan suatu konstruk, yang merupakan abstraksi dari fenomena yang dapat diamati dari banyak dimensi. Sehingga banyak ahli ilmu-ilmu sosial dan manajemen belum memiliki “communal opinio” mengenai definisi budaya organisasional. Mereka mendefiniskan terminologi tersebut dari beragam perspektif dan dimensi.

Menurut Davis budaya organisasional merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai (values) organisasi yang difahami, dijiwai dan dipraktikkan oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku dalam organisasi. Schein mendefiniskan budaya organisasional sebagai suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dengan maksud agar organisasi belajar mengatasi atau menanggulangi masalah-masalah yang timbul akibat adaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan dengan cukup baik, sehingga perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami, memikirkan dan merasakan berkenaan dengan masalah-masalah tersebut.


Manfaat Budaya Organisasi

Peranan Budaya Didalam sebuah organisasi budaya memiliki pengaruh yang besar dalam menjalankan sebuh fungsi organisasi. Adapun fungsi budaya di dalam sebuah organisasi, yaitu:

a.       Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, yang artinya budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.
b.      Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.

c.       Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan pribadi seseorang.
d.      Budaya memantapkan sistem sosial


Hubungan Kepemimpinan Dengan Budaya Organisasi


 Setiap makhluk saling membutuhkan satu sama lain, begitu juga dengan manusia yang sebagai mahkluk sosial. Oleh karena itu setiap manusia harus bisa beradaptassi dengan kelompok atau organisasi , agar dapat diterima dan merasa aman serta nyaman didalamnya.setiap klompok passti mempunyai pemimpin yang akan mengarahkan followernya untuk mencapai tujuan bersama.

Seperti halnya individu, organisasi juga mempunyai kepribadian. Kepribadian pada sebuah organisasi lebih dikenal dengan nama budaya organisasi. Secara etimologi, budaya organisasi terdiri dari dua kata, yaitu budaya dan organisasi. Organisasi merupakan suatu sistem yang mantap dari sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian. Sedangkan pengertian budaya adalah suatu set nilai, penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengertian dan cara berpikir yang dipertemukan oleh para anggota organisasi dan diterima oleh anggota baru. Budaya organisasi merupakan penerapan nilai-nilai dalam suatu masyarakat yang terkait, bekerja di bawah naungan suatu organisasi .
Kepemimpinan Mempengaruhi Budaya Hubungan kepemimpinan mempengaruhi budaya dan kinerja organisasional sudah cukup banyak ditelaah oleh para ahli organisasi. Dalam konteks tersebut perspektif kepemimpinan transformasional dianggap paling relevan terhadap pembentukan budaya. Pada perspektif transformasional dijelaskan banyak telaah tentang bagaimana para pemimpin mengubah budaya dan struktur organisasi agar lebih konsisten dengan strategi-strategi manajemen untuk mencapai sasaran organisasional. Hal tersebut meliputi proses membangun komitmen terhadap sasaran organisasi dan memberi kepercayaan kepada para pengikut untuk mencapai sasaran tersebut. Burns berpandangan bahwa kepemimpinan transformasional sebagai sebuah proses yang padanya “para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi”. Menurut Burns, kepemimpinan transformasional (transformational leadership) dapat diperlihatkan oleh siapa saja dalam organisasi pada jenis posisi apa saja. Pada sisi lain Burns membedakan dengan kepemimpinan transaksional (transactional leadership) yang merupakan bentuk kepemimpinan terhadap bawahan dengan menunjuk pada kepentingan diri mereka sendiri. Nilai-nilai pada konsep ini bersandar pada nilai-nilai yang relevan bagi proses pertukaran. Dalam hubungan dengan budaya, para pemimpin mempunyai potensi paling besar dalam menanamkan dan memperkuat aspek-aspek budaya melalui lima mekanisme, meliputi:
1)      perhatian (attention),
2)      reaksi terhadap krisis,
3)      pemodelan peran,
4)      alokasi imbalan-imbalan,
5)      kriteria menseleksi dan memberhentikan.
konsep kepemimpinan kultural (cultural leadership) dengan menekankan inovasi kultural yang padanya seorang pemimpin mungkin melakukan perubahan-perubahan yang drastis pada budaya yang ada atau memulai sebuah organisasi baru dengan budaya yang berbeda. Dasar konstruksi di atas memungkinkan bahwa kepemimpinan merupakan variabel pemoderasi terhadap hubungan budaya organisasional dan keefektifan organisasional. Berdasarkan uraian di atas








Analisis

Universitas Muhammadiyah merupakan salah satu universtas terbaik dan sebagai pelopor organisasi Muhammadiyah di Indonesia khususnya di jawa timur yang memiliki sebuah visi yaitu Menjadi Universitas unggul dan mandiri yang Islami.
Misi Universitas Muhammadiyah Gresik :
1.      Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkualitas dan terukur melalui pendidikan senyatanya yang teraktualisasi dalam Universitas memadu the realistic educationIntegrated University
2.      Menyelenggarakan Universitas yang mandiri dengan tata kelola yang baik (Good University Governance)
Tujuan Dan Sasaran Universitas Muhammadiyah Gresik :
1.      Menjadi universitas unggul yang beridentitas keIslaman dan keIndonesiaan yang membentuk manusia berakhlak mulia, berkarakter, profesional dan berwawasan global.
2.      Menjadi Universitas yang mandiri dalam pengelolaan sumber daya dan bertata kelola baik (Good University Governance).

Universitas Muhammadiyah Gresik menjadi perhatian oleh mahasiswa untuk meneruskan jenjang S1 di kota Gresik. Oleh karena itu banyak hal di dalam organisasi universitas Muhammadiyah yang dapat dijadikan acuan dan dipelajari, di antaranya adalah faktor kepemimpinan dan budaya organisasi yang diterapkan oleh universitas Muhammadiyah dalam berkembang dan mencapai tujuan.

Tujuan penelitian adalah menganalisa pengaruh gaya kepemimpinan terhadap budaya organisasi serta melihat dampaknya padaMahasiswa serta staf karyawan universitas Muhammadiyah. Data diperoleh dari penilaian karyawan terhadap pimpinannya dan budaya organisasi Bank Muamalat dengan pengamatan saya yang telah menjadi mahasiswa UMG selama 2 tahun. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui bahwa buddaya organisai yang diterapkan oleh pimpinan adalah budaya yang kuat, budaya organisasi sebagai universitas islam juga dirasa lekat pada budaya organisasi universitas Muhammadiyah. Gaya Kepemimpinan memiliki hubungan yang kuat pada budaya organisasi dan kinerja karyawan dan tujuan organisasi. Begitu pula budaya organisasi memiliki hubungan yang kuat pada kinerja karyawan.


Berdasarkan pengamatan saya, universitas Muhammadiyah telah menerapkan budaya organisasi yang cukup baik. Ini di buktikan dengan fakta bahwa setiap mahasiswa baru harus mengikuti pondok sementara atau yang di sebut PKBA. PKBA di harapkan dapat mencetak mahasiswa yang berkarakter islam yang tidak hanya tertera di ktp saja. Dan budaya organisasi universitas Muhammadiyah cukup kuat di karenakan fakta yang menyimbulkan universitas Muhammadiyah adalah universitas islam yang cukup baik, kita bisa llihat dari simbol organisasi sepertimasjid yang selalu ramai dan di isi pendidikan islam serta adanya organisasi IMM di universitas Muhammadiyah Gresik . 
Share:

cursor

Multicursor - Busy

True social Profil

  • Diberdayakan oleh Blogger.

    Blogger templates