SEJARAH KEPEMIMPINAN
“Leadership”
Disusun oleh
Andri Alamsyah (13311096)
Manajemen B Pagi
FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2015-2016
SEJARAH ILMU KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan merupakan hasil dari organisasi sosial yang telah
terbentuk atau sebagai hasil dinamika dari interaksi sosial. Selama bebebarapa
dekade, kepemimpinan telah dipelajari secara ekstensif dalam berbagai konteks
dan dasar teoritis. Dalam beberapa kasus, kepemimpinan telah digambarkan
sebagai sebuah proses, namun sebagian besar teori dan penelitian tentang
melihat kepemimpinan pada seseorang untuk mendapatkan pemahaman (Bernard, 1926,
Blake, Shepard dan Mouton, 1964; Drath dan Palus, 1994; Fiedler, 1967; dan
Rumah dan Mitchell, 1974). Jika dilihat dalam perspektif sejarah kepemimpinan dari
sudut pandang seni, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah seni yang usianya
setua usia manusia di bumi, yang telah dipraktekkan dalam sepanjang sejarah manusia.
Sejarah teori kepemimpinan dan penelitian. Dalam sebuah tinjauan
komprehensif teori kepemimpinan (Stogdill, 1974), beberapa kategori yang
berbeda telah diidentifikasi yang menangkap esensi studi kepemimpinan dalam
abad kedua puluh. Kecenderungan pertama berurusan dengan atribut pemimpin
besar.
Kepemimpinan dijelaskan oleh kualitas internal dengan mana
seseorang dilahirkan (Bernard, 1926). Pikiran adalah bahwa jika ciri-ciri bahwa
pemimpin dibedakan dari pengikut bisa diidentifikasi, pemimpin yang sukses bisa
segera dinilai dan dimasukkan ke dalam posisi kepemimpinan. Kepribadian, fisik,
dan karakteristik mental diperiksa. Penelitian ini didasarkan pada gagasan
bahwa pemimpin dilahirkan, tidak dibuat, dan merupakan kunci keberhasilan itu
hanya dalam mengidentifikasi orang-orang yang dilahirkan untuk menjadi pemimpin
besar. Meskipun banyak penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi sifat, tidak
ada jawaban yang jelas ditemukan berkaitan dengan apa sifat-sifat konsisten
dikaitkan dengan kepemimpinan yang besar. Satu cacat dengan garis pemikiran ini
dalam mengabaikan faktor situasional dan lingkungan yang berperan dalam tingkat
pemimpin efektivitas. Kebenaran tentang kepemimpinan yang telah dipraktekkan
dalam sepanjang sejarah ini ditegaskan oleh Bernard M. Bass yang mengatakan,
“The study of leadership is an ancient art. Discussion of the subject will be
found in Plato, Caesar, and Plutarch, just to mention a few of classical era.
The Chinese classics are filled with hortatory advice to the county’s leaders.
The ancient Egyptians attributed three qualities of divinity to their king.
They said of him ‘authoritative utterness is in thy mouth, perception is in thy
heart, and thy tongue is the shrine of justice.’ The Egyptians demanded of
their leader qualities of authority, discrimination, and just behavior. Dari
penjelasan Bass di atas dapat dikatakan bahwa berdasarkan fakta, seni
kepemimpinan itu telah ada serta diterapkan secara umum, karena kepemimpinan
itu adalah seni yang bersifat universal.
Sebagai seni, kepemimpinan telah dipraktekkan oleh
penguasa-penguasa dunia zaman kuno seperti pada kerajaan Mesopotamia, Persia,
Mesir klasik di Timur Tengah; penguasa India,Tiongkok dan Jepang klasik di
Timur, dan penguasa Indian Inka di Amerika Latin, penguasa zaman tengah Babylon
(Mesopotamia), Persia, Yunani dan Romawi, penguasa zaman masehi, di Eropa
termasuk negara-negara baru seperti Perancis dan Jerman, Ingris, dan sebagainya
sampai kepada penguasa dari kerajaan-kerajaan tua di Timur Jauh, serta kelompok
masyarakat-budaya lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Dalam kaitan ini, dapat dikatakan
pula bahwa sebagai seni, kepemimpinan pun telah dipraktekkan oleh tokoh-tokoh dunia yang besar dan terkenal yang berkiprah dalam
segala bidang kehidupan, mulai dari Hammurabi, raja Babylon yang sezaman dengan
Abraham (Kejadian 14), para Firaun Mesir,, sampai ahli seni perang klasik Sun
Tzu dan filsuf Lao Tzu di Tiongkok, serta filsuf klasik Yunani seperti Plato,
Aristoteles dan Socrates, Sidharta Gautama, termasuk Kaisar-kaisar Romawi terkenal,
seperti raja Perancis Charlemagne, para raja dalam dinasti-dinasti klasik
Tiongkok, Inggris, dan Jenghiz Khan, raja Mongol, penulis dan negarawan Italia,
Niccolo Di Benardo Macchiavelli, reformator Protestan Mathin Luther, dramator Inggris,
William Shakespeare, ahli pedang Jepang Miyamoto Musashi, Patih Gajamada,
penguasa kolonial Belanda, pelukis Raden Saleh, dan Soekarno, Presiden RI
pertama, serta banyak lagi. Para tokoh besar yang disinggung di atas ini telah
membuktikan diri sebagai manusia-manusia luar biasa yang menerapkan seni
kepemimpinan dalam karir mereka, namun, karya-karya besar mereka yang gemilang
tidak dapat diklasifikasikan secara penuh sebagai karya dasar bagi ilmu
kepemimpinan.
Pernyataan di atas cukup menarik untuk disimak, dalam upaya
menempatkan kepemimpinan sebagai suatu ilmu pada jalur sejarah yang pas. Untuk
menempatkan kepemimpinan pada jalur ilmu, maka langkah awal yang perlu
dipastikan adalah lingkup dari kepemimpinan. Sebagai suatu ilmu, bidang studi
kepemimpinan memiliki tiga lingkup utama, yaitu: Pertama, elemen dasar
kepemimpinan yang meliputi pemimpin, orang yang dipimpin dan situasi
kepemimpinan. Kedua, doktrin dasar kepemimpinan yang meliputi perlengkapan
dasar kepemimpinan (perilaku pemimpin serta sumber-sumber) dan nilai dasar
kepemimpinan (nilai yang bersifat teologis dan filosofis). Ketiga, pekerjaan
atau tugas dasar kepemimpinan(yang meliputi: esensi, sifat, unsur ekonomi dan
lokasi kepemimpinan). Dalam kaitan dengan menempatkan kepemimpinan dalam jalur
ilmu yang disoroti dari lingkup bidang studi kepemimpinan seperti yang
disinggung di atas, maka tugas kedua ialah mengukur karya tulis para tokoh
sejarah tentang kepemimpinan.
Mengukur karya tulis para
pakar dan pemimpin sepanjang sejarah dari perspektif ini, dapat dikatakan bahwa
kebanyakan karya tulis mengetengahkan pemahaman tentang kepemimpinan secara
terbatas dengan menyinggung trait atau karakteristik-karakteristik serta
kecakapan dan nilai-nilai kepemimpinan saja. Satu-satunya tokoh sejarah yang
menuliskan tentang pemimpin sebagai elemen dasar utama dari kepemimpinan
melalui karya tulisnya, ialah Thomas Carlyle. Tulisan Carlyle yang berjudul “On
Hero and Hero Worship” dapat dianggap sebagai karya terbesar buku ilmiah
kepemimpinan yang pertama. Buku ini memberikan tempat yang luas bagi
aspek-aspek dan unsur-unsur kepemimpinan yang lengkap, yang membuktikan bahwa
karya Karlyle ini adalah tonggak sejarah bagi perkembangan ilmu kepemimpinan.
PERJALANAN ILMU KEPEMIMPINAN MELINTASI SEJARAH.
Dalam sejarah di dunia Barat, diakui bahwa istilah leader atau
pemimpin itu telah ada dalam kamus berbahasa Inggris sejak tahun 1300, tetapi
penggunaan istilah kepemimpinan itu baru saja ada pada pertengahan abad ke
sembilanbelas. Dalam studi Timur klasik pun sudah ditemukan adanya upaya
penerapan seni kepemimpinan dalam peran pemimpin serta upaya perkembangan
pemimpin. Namun dapat dilihat adanya indikasi kecenderungan yang sama yaitu
belum adanya konsep baku tentang kepemimpinan yang dikembangkan serta diterapkan
secara ilmiah. Implikasi di atas ini cukup menarik untuk disimak sebagai dasar
untuk mengidentifikasi perkembangan sejarah kepemimpinan sebagai suatu ilmu.
Upaya mengidentifikasi perkembangan ilmu kepemimpinan telah dilakukan oleh, Profesor
Dr.J.Robert Clinton dari Fuller Theological Seminary, School of Inter-cultural
Studies. Dalam hasil risetnya, Profesor Clinton mengidentifikasi perkembangan
ilmu kepemimpiman dengan membuat klasifikasinya kedalam beberapa era
perkembangan. Klasifikasi perkembangan ilmu kepemimpinan dimaksud adalah
sebagai berikut ini.
1.
Great
Man Era, yang meliputi tahun 1841-1904.
2.
Trait
Era, yang meliputi tahun 1904-1948.
3.
Behavior
Era, yang meliputi tahun 1948-1967.
4.
Contingency
Era, yang meliputi tahun 1967-1980.
5.
Complexity
Era, yang meliputi tahun 1980-1986, dst.
Mengomentari klasifikasi Clinton ini, dapat dikatakan bahwa alasan
utama untuk membuat penggolongan perkembangan ilmu kepemimpinan seperti di atas
ini dilakukan dengan menunjuk kepada trend penelitian dan hasilnya yang dapat
ditemukan dalam literatur-literatur kepemimpinan yang dihasilkan oleh para
pakar pada masing-masing era di atas.
Great Man Era menunjuk kepada inti teori yang menegaskan bahwa
pemimpin terlahir sebagai pemimpin dengan bawaan lahir serta faktor keluarga
dan lingkungan yang mendukungnya. Teori kepemimpinan pada Trait Era menunjuk
kepada faktor karakteristik, yang menjelaskan bahwa pemimpin memiliki
karakteristik khas, yang merupakan bawaan lahir serta kepribadiannya. Teori
kepeimpinan pada Behavior Era menunjuk kepada kesadaran tentang adanya
interaksi pengaruh antara pemimpin, bawahan dan situasi. Faktor interaksi ini
sangat ditentukan oleh pengaruh serta perilaku pemimpin dalam kepemimpinan.
Teori kepemimpinan dalam Contingancy Era mengakui adanya pengaruh yang
kontingen antara faktor kelahiran atau keluarga, lingkungan pembesaran,
karakteristik serta faktor pengaruh interaktif lainnya yang mempengaruhi
pemimpin dan kepemimpinan. Teori kepemimpinan pada Complexity Era mengakui
pengaruh dari semua faktor yang disinggung di atas, dengan kesadaran bahwa
kepemipinan dapat dipelajari. Complexity Era menyadari dan mengakui adanya
perkembangan ilmu kepemimpinan yang terjadi dengan begitu pesat terbukti
mempengaruhi segala bidang hidup. Perkembangan dan pengaruh ini nampak dalam
indikator fenomenal pada masa kini, dimana pemimpin dan kepemimpinan tidak
sekedar diedintifikasi dengan sebutan tradisional seperti kepemimpinan atau
pemimpin visioner, kharismatik, reformatif, transformatif, futuristik, dan
sebagainya, tetapi juga disebut dengan kepemimpinan serta pemimpin pos-mo,
informatif, global, dan seterusnya, yang dipengaruhi berbagai faktor yang
kompleks.
Konsep Teori Kepemimpinan Klasik
1.
Teori
sifat
Jadi, teori sifat merupakan teori kepemimpinan yang mengidentifikasi
sifat atau karakteristik yang membedakan antara pemimpin dan non pemimpin.
Memahami sifat pemimpin, yaitu karakteristik seperti fisik, penampilan,
golongan social, stabilitas emosi, kelancaran berbicara, dan kemampuan
bersosial.
Teori sifat memiliki pandangan bahwa pemimpin berasal dari
seseorang yang membawa bakat kepemimpinan sejak dilahirkan, bukan dididik atau
dilatih, sehingga dapat muncul pemimpin yang efektif meskipun tanpa mempelajari
tentang kepemimpinan. Dalam artian, dengan memiliki sifat yang tepat, maka
kemungkinan besar seorang individu dapat menjadi seoarang pemimpin yang
efektif.
Teori ini dirobohkan oleh pandangan bahwa sifat itu tidak membantu
dalam mengidentifikasi pemimpin yang efektif karena penjelasan yang hanya
berdasarkan sifat mengesampingkan interaksi antara pemimpin dengan anggota
kelompoknya yang juga merupakan faktor situasional.
Selanjutnya dijelaskan lebih lanjut oleh teori berikutnya yang
memiliki pandangan tentang keunikan yang dilakukan oleh pemimpin efektif dalam
perilaku pemimpin.
2.
Teori
perilaku
Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an,
penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada
sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan
selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang
berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Jadi, teori
perilaku merupakan teori kepemimpinan yang mengidentifikasi perilaku yang
membedakan antara pemimpin efektif dan pemimpin tidak efektif.
NO
|
Peneliti
|
Dimensi
Perilaku
|
Kesimpulan
|
1.
|
Universitas
Lowa
|
1.
Gaya
demokratis
Melibatkan
karyawan, mendelegasikan kewenangan, dan mendorong partisipasi
2.
Gaya
autokrasi
Mendikte
metode kerja, membuat keputusan sepihak, dan membatasi partisipasi
3.
Gaya
laissez-faire
Memberikan
kebebasan kepada kelompok untuk membuat keputusan dan menyelesaikan tugas
|
Gaya
demokrasi
|
2.
|
Universitas
Michigan
|
1.
Orientasi
pada karyawan
Menekankan
pada hubungan interpersonal dan memenuhi kebutuhan karyawan
2.
Orientasi
pada produksi
Menekankan
pada aspek tugas dan teknis kerja
|
Pemimpin yang berorientasi pada karyawan diasosiasikan dengan
produktivitas kelompok dan kepuasan kerja yang tinggi.
|
3.
|
Negara Bagian
Ohio
|
1.
Konsiderasi
Memperhatikan ide dan perasaan anggota grup
2.
Inisiasi
struktur
Membuat
struktur kerja dan hubungan kerja demi mencapai tujuan
|
High leader (memiliki konsiderasi dan inisiasi struktur yang
tinggi) dapat mencapai kinerja dan kepuasan karyawan yang tinggi, namun tidak
dalam semua situasi
|
4.
|
Grid
Manajerial
|
1.
Perhatian
terhadap orang
2.
Perhatian
terhadap produksi
|
Pemimpin menghasilkan prestasi kerja terbaik dengan gaya 9,9
(perhatian tinggi terhadap produksi dan orang).
|
Sumber: (Robbins dan Coulter, 2010:149)
Sumber: (Robbins dan Coulter, 2010:151)
3.
Teori
kontingensi
Teori-teori kontingensi berasumsi bahwa berbagai pola perilaku
pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektivitas
kepemimpinan. Masing-masing dari teori ini mendefinisikan gaya kepemimpinan dan
situasi, berarti jika ini adalah konteks atau situasinya, maka ini adalah gaya
kepemimpinan terbaik untuk digunakan.
·
Model
fiedler
Teori kepemimpinan yang menjelaskan bahwa kinerja kelompok yang
efektif tergantung pada kesesuaian antara gaya kepemimpinan dan banyaknya
kendali serta pengawasan terhadap situasi itu. Teori ini mendefinisikan gaya
terbaik yang dapat digunakan dalam situasi tertentu
·
Teori
Hersey dan Blanchard
Teori kontingensi yang focus terhadap kesiapan pengikutnya, tingkat
di mana orang memiliki kemampuan dan kemauan untuk menyelesaikan pekerjaan
tertentu. Treori ini mencakup empat gaya kepemimpinan telling (pekerjaan
tinggi-relasi rendah), selling (pekerjaan tinggi-relasi tinggi), participating
(pekerjaan rendah-relasi tinggi), delegating (pekerjaan rendah-relasi rendah).
·
Teori
jalur-tujuan (path-goal theory)
Teori kepemimpinan yang menyatakan bahwa tugas pemimpin adalah
membantu pengikutnya mencapai tujuan dan mengarahkan atau memberikan dukungan
sesuai kebutuhan untuk memastikan bahwa tujuan individu sejalan dengan tujuan
kelompok.
Konsep Teori Kepemimpinan Modern
Pada umumnya para penganut teori modern perubahan sosial melihat
perubahan sosial pad negara-negara berkembang berjalan secara linear (bergerak
dari tradisionil ke modernisasi) dan evolusioner (bergerak lambat). Di lain
pihak ada pandangan penganut.
1.
Teori
kepemimpinan tranformasional
Pemimpin yang menstimulasi dan menginspirasi anggota kelompok untuk
mencapai hasil yang luar biasa.
2.
Teori
kepemimpinan kharismatik-visioner
Pemimpin kharismatik adalah pemimpin yang antusias dan percaya
diri, yang kepribadian dan tindakannya dapt mempengaruhi orang lain untuk
berperilaku dengan cara tertentu.
Pemimpin visioner menggunakan kemampuannya untuk menciptakan dan
mengartikulasi sebuah visi masa depan yang realistis, dapat dipercaya, dan
menariksehingga dapat memperbaiki situasi saat ini.
3.
Teori kepemimpinan tim
Tugas pemimpin tim adalah dengan dua focus, yaitu mengatur
batasan-batasan eksternal tim dan memfasilitasi proses tim.
Perbedaan Konsep Teori Kepemimpinan Klasik dan Modern
Tabel perbedaan konsep teori kepemimpinan klasik dan modern:
NO
|
Perbedaan
Teori Kepemimpinan
|
Teori klasik
|
Teori modern
|
|
Lebih mengutamakan keteraturan.
|
Lebih
fleksibel.
|
|
Cenderung menetapkan gaya kepemimpinan yang efektif dan tidak
efektif
|
Cenderung
menggambarkan konsep kepemimpinan untuk memotivasi dan menjadi inspirasi bagi
anggota kelompok agar menjadi luar biasa dalam pencapaian tujuan kelompok.
|
|
Mengutamakan hal yang mendasar seperti aspek sifat, perilaku, dan
situasi
|
Mengembangkan
aspek mendasar dengan memperhatikan kepentingan dan perkembangan kebutuhan
anggota kelompok.
|
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU KEPEMIMPINAN DI INDONESIA.
Dalam analisa yang bersifat umum, sejarah kepemimpinan di Indonesia
dapat dikategorikan dengan memperhatikan beberapa fase perkembangan berikut;
Fase Pertama, Masa Kolonial
Belanda sampai 1953, yang dapat disebut fase mandor atau fase klerek. Masa ini
adalah sebagai “masa primadona administrasi” (administratie), dimana
administrasi memegang peran penting. Dalam kaitan ini, penguasa kolonial
Belanda yang cenderung otokratis menempatkan para pemimpin inlander hanya pada
level mandor, klerek, kopral atau sersan dan sebagainya yang menjelaskan bahwa
para pemimpin ini hanya sampai pada aras operasional. Pemimpin aras operasional
ini ini hanya berperan sebagai “middle administrator” atau “supervisor kerja”
saja bukanlah manajer atau top leader, karena top leader hanyalah kelompok
kolonial yang diyakini oleh mereka bahwa mereka lahir untuk memimpin.
Fase Kedua, tahun 1953
sampai dengan 1970-1980. Dalam fase ini dapat disebut sebagai fase perkembangan
administrasi dan manajemen. Pada era ini ilmu administrasi sangat populer di
Indonesia, yang ditandai dengan adanya akademi-akademi administrasi dan
kesekretariatan. Dalam bidang pemerintatahan, Lembaga Administrasi Negara (LAN) memegang peran utama untuk mengembangkan
pemimpin untuk bidang pemerintahan. Masa ini ditandai pula dengan munculnya
ilmu manajemen di Indonesia, mulai dengan manajemen klasik, manajemen
berdasarkan sasaran, manajemen performansi tinggi, manajemen perencaraan
strategis, sampai dengan manajemen total kualitas. Pada tataran ini para
pemimpin Indonesia (setidak-tidaknya segelintir kelompok elit) telah mahir
menggunakan ilmu menajemen dimana mereka berperan besar sebagai para
entrepreneur (wirausahawan/wati) walau pun dalam jumlah yang terbatas. Ilmu
manajemen ini telah diterapkan dalam bidang militer, pemerintahan, perbankan,
bisnis, politik, pendidikan, dan sebagainya yang dilakukan secara khas pula
yang menandakan dipraktekkannya penggunaan majemen secara umum.
Fase Ketiga, tahun 1980-2000
sampai saat ini, yang dapat disebut sebagai fase kepemimpinan baru atau fase
kepemimpinan global. Fase ini diawali dengan adanya upaya mengembangkan ilmu
yang disebut Manajemen Sumberdaya Manusia (Human Resources Management yang
dibedakan dengan Personnel Management pada era sebelumnya). Pada sisi lain,
secara umum terlihat bahwa bidang studi kepemimpinan mulai marak berkembang
dalam masyarakat Indonesia, yang tersebar dari bidang umum sampai pada
bidang-bidang khusus, seperti keagamaan (termasuk pendidikan teologi),
perusahan swasta, pendidikan umum, dan sebagainya. Perkembangan selanjutnya
terlihat pada adanya pendidikan serta pelatihan kepemimpinan (formil,
non-formil dan informil) yang marak dalam segala bidang kerja.Dan lagi,
kenyataan menunjuk kepada pemunculan begitu banyak pemimpin baru dalam segala
bidang kehidupan yang menandakan bahwa Indonesia sedang berada dalam era baru, era
global, dengan persaingan kepemimpinan yang cukup ketat yang terjadi pada semua
aras di tengah percaturan masyarakat yang super kompleks.
KESIMPULAN
Menunju titik balik dari uraian yang telah dijelaskan di atas,
dapat dikatakan bahwa kepemimpinan dan
ilmu kepemimpinan mulai memperoleh tempat serta perhatian luas dalam
masyarakat dan organisai, khususnya di negara Indonesia. Perkembangan ilmu kepemimpinan ini terlihat
dari adanya upaya penerapannya, baik dalam bidang pendidikan kepemimpinan maupun
dalam lingkup umum lainnya. Denagan menganalisis semua ini, dapatlah diambil
suatu kesimpulan pikiran bahwa sejarah
kepemimpinan secara umum dan khususnya di Indonesia sedang memasuki suatu era
baru dengan kemajemukan serta kompleksitas yang semakin meluas dan meninggi
dalam dunia yang mengglobal, yang turut menyodorkan peluang dan tantangan untuk
maju. Karena itu, adalah bijak untuk memperhitungkan pengembangan kepemimpinan
dan penerapannya dalam kinerja secara saintifik dan bertanggung jawab, guna
menjawab tantangan serta mengisi peluang yang terbuka di masa yang akan datang.
PENDAPAT DAN SARAN
Pendapat saya
tentang sejarah kepemimpinan ini ialah seiring berkembangnya zaman teori-teori
kepemimpinan yang tercipta semakin berkembang, namun dalam setiap teori dari
teori klasik maupun teori modern mempunyai kelemahan masing-masing. Dan pada
era ini kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi, karena nilai
dari sebuah organisasi bisaa di lihat dari keberhasilan seorang pemimpin.
Saran saya gaya
kepemimpinan yang baik dapat ditentukan dari situasi dan kondisi kematangan
para followernya, semakin matang followernya maka tugas seorang pemimpin akan
semakin mudah, karena followernya akan lebih mengerti apa yag harus di lakukan
dan memegang tanggung jawab masing-masing tugasnya.
Walaupun mempunyai
risiko ketika follower matang seperti biaya pemberdayaan yang besar serta gaji
yang semakin tinggi, namun hasil kerja serta keakuratan waktu sangat baik.
Daftar Pustaka
Robbins,
Stephen P, dan Mary Coulter. 2010. Manajemen ed.kesepuluh jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Jurnal SETIA
dari PERSETIA (Persekutuan Antar Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia), oleh
Pdt. Dr. Yakob Tomatala.
Nurhayati, Nafizhatun. Tanpa tahun.
Teori Kepemimpinan, (online), (kk.mercubuana.ac.id/…/31052-25-4662136, diakses
20 Februari 2012).
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/kepemimpinan.pdf
https://dirkameiokprina.wordpress.com/teori-yang-mendukung-mp/